GROUND SEGMENT
Peralatan ground segment adalah
peralatan-peralatan yang berada di bumi, pada dasarnya peralatan ini
dikategorikan menjadi dua bagian yaitu :
-
SPU (Stasiun Pengendali Utama) adalah peralatan
yang berfungsi sebagai pengontrol dan pengendali satelit.
-
Stasiun Bumi adalah peralatan yang berfungsi
untuk komunikasi.
Sedangkan sistem bumi menurut jenisnya
dapat dibedakan menjadi :
-
Stasiun bumi besar, yaitu stasiun bumi yang
ditempatkan di kota-kota yang traffiknya padat
-
Stasiun bumi sedang, yaitu stasiun bumi yang
ditempatkan di kota-kota yang traffiknya kurang padat.
-
Stasiun bumi kecil, yaitu stasiun bumi yang
ditempatkan di kota-kota yang traffiknya rendah atau di daerah yang terpencil
yang dianggap strategis.
Sistem Pengendali Utama
Stasiun bumi pengendali utama (SPU) atau Master Control
Station (MCS) terdapat di Cibinong. Stasiun bumi ini berfungsi sebagai :
v Stasiun Pengendali Satelit (Dalsat)
v Stasiun
Pengendali Komunikasi (Dalkom)
Secara garis besar, susunan perangkat yang ada di SPU
Cibinong adalah sebagai berikut
v Peralatan
komunikasi, MCCS
v Peralatan
pengontrol Satelit, SCE (SCE = Satelit
Control Equipment)
v Peralatan
pengontrol telemetry, Tracking, Command (TT dan C)
v Peralatan
Catu Daya
v Peralatan
maintenance
v Peralatan
penunjang (UPS, AC, Fire Alarm, dll.)
Stasiun Bumi
Stasiun Bumi adalah peralatan yang
berfungsi untuk komunikasi. Secara sederhana konfigurasi stasiun bumi dapat
dilihat pada gambar dibawah ini :
|
|
Gbr. 3.2 Blok Diagram Stasiun Bumi secara umum
Adapun Keterangan dari masing-masing subsistem di atas
adalah :
a. Antena
Parabola
Sebagai penguat daya dan mengubah dari gelombang RF
terbimbing menjadi gelombang RF bebas dan sebaliknya.
b. HPA
(High Power Amplifier)
Merupakan penguat akhir dari sinyal RF sebelum dipancarkan
ke satelit melalui antenna parabola, input dari HPA adalah sinyal RF dari Up
converter dengan daya rendah sehingga dikuatkan oleh HPA sinyal RF tersebut
mempunyai daya yang cukup untuk diberikan ke antena selanjutnya dapat
dipancarkan ke satelit dengan harga EIRP yang telah disyaratkan.
c. LNA
(Low Noise Amplifier)
Penguat pada arah terima yang berfungsi untuk mempurkuat
sinyal yang diterima dari antenna parobola, LNA harus ditempatkan sedekat
mungkin dengan antena, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan G/ T (Gain to
Noise Temperature Ratio) lebih baik.
d. Up/
Down Converter
Terdiri dari dua bagian yaitu bagian Up converter yang
berfungsi mengubah sinyal IF 70 Mhz menjadi sinyal RF 6 Ghz, sedangkan bagian
Down Converter berfungsi mengubah sinyal RF 4 Ghz menjadi sinyal IF 70 Mhz.
Kedua bagian tersebut menggunakan common transponder synthesizer 5 Ghz. Sehingga
up/ down converter ini dapat dioperasikan pada transponder yang diinginkan.
e. Perangkat
IF
Memodulasi sinyal suara atau data menjadi sinyal IF 70 Mhz
dan sebaliknya, biasa perangkat ini disebut MODEM (Modulator Demodulator),
adapaun jenis-jenis modem tersebut adalah tergantung dari sistem yang
digunakan, sebagai contoh :
1. Untuk sistem SCPC : MODEM SCPC. Untuk sistem 2. IDR :
MODEM IDR
3. Untuk sistem VSAT : MODEM VSAT
Penentuan besarnya sinyal yang
diterima oleh suatu pesawat penerima secara garis besar bergantung kepada
faktor-faktor berikut :
1. Penerima
Dalam sistem komunikasi satelit dipakai istilah G/T
yang menyatakan:
Dimana apabila dinyatakan dalam dB , maka :
Dengan memasukkan faktor ini ke rumus daya yang
diterima, diperoleh :
Dimana :
PT = daya keluaran pemancar (dBw)
GT, GR = gain atau faktor
penguat antena-antena pemancar,penerima
T = temperatur derau dari sistem
penerima (system noise temperature)
L = Kehilangan lainnya
Seperti biasa,
nilai C/T ini penting karena menentukan kualitas penerimaan suatu hubungan
radio, yaitu daya yang diterima berapa besar dibanding derau yang ada, yang
biasa dinyatakan dalam perbandingan:
C/N = C/kTB atau signal to noise ratio atau Eb/No
= (C/Rs)/kT.
Jadi terlihat bahwa C/N ini sangat bergantung pada GR/T antena
penerima, sehingga faktor ini digunakan sebagai spesifikasi teknis suatu
stausiun bumi.
Untuk mencapai G/T yang diperlukan, ukuran diameter antena dipilih dengan
memperhitungkan hubungan yang optimal antara besarnya penguatan dan temperature
derau daripada sistem stasiun bumi. Temperature derau stasiun bumi
berasal dari berbagai sumber derau, seperti :
i. Derau dari pesawat penerima
ii. Derau
yang diakibatkan oleh kerugian daya dalam tapis dan peralatan lainnya antara
antena dengan pesawat penerima.
iii. Derau
antena yang datangnya dari sumber-sumber derau yang berada di angkasa luar
dan atmosfir bumi, seperti:
• Benda-benda
angkasa seperti bintang, bulan dan matahari, Uap
air, gas-gas O2 dan N2 di udara.
• Mesin-mesin
dan alat-alat listrik yang menimbulkan bunga api dan gelombang elektromagnetik.
Besarnya
antena noise temperature ini bergantung pada sudut dan frekuensi.
2. Antena
Banyak sekali
macam/tipe gelombang mikro yang dapat digunakan untuk stasiun bumi, besarnya
penguatan (gain) dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan:
Dimana :
G
= Faktor penguat antena
D = Diameter antena
λ
= Panjang gelombang sinyal
η = Efisiensi antena (0,54 - 0,65)
Efisiensi dari antena yang bergantung kepada ketelitian bentuk permukaan dan kekasaran permukaan reflektor antena (harganya biasanya berkisar antara 0,54 dan 0,65). Sebagai contoh dari besarnya penguatan tersebut, untuk stasiun-stasiun
bumi yang beroperasi dengan satelit TELKOM-1, diperlukan daya antena sebesar
50,7 dBw untuk 4 GHz (penerima) dan 53,1 dBwn(pemancar), dengan diameter dari
antena 10 m.
Pada stasiun-stasiun
bumi yang mempunyai G/T yang tinggi, selain antena yang besar diameternya, juga
pesawat penerima harus didinginkan untuk memperoleh G/T yang lebih besar dari
40,7 dB/oK.
Dalam menentukan besarnya antena dari stasiun bumi, selain faktor G/T,
ada hal lain yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Side
lobe
Makin kecil antena, makin besar side
lobe dari antena tersebut. Side lobe ini penting sekali untuk memperhitungkan
pengaruh dari/ke gelombang mikro lainnya baik teresterial amupun satelit,
tambahan derau dari bumi yang panas serta badan-badan angkasa lainnya.
b. Lebar
dari berkas antena
Makin kecil antenanya, makin besar/lebar berkas antenanya.
Secara pendekatan, lebar berkas suatu antena adalah θ3dB = 70 λ/D (o),
dimana, θ3dB = lebar sudut yang membatasi berkas – 3 dB relatif. Beberapa bentuk
dasar antena yang memenuhi syarat-syarat untuk dipakai di stasiun bumi antara
lain :
a. Antena
paraboloid (Focal Feed)
Pemancaran
gelombang radio ke ruang bebas dimulai pada titik fokus reflektor antena.
Kelemahan :
• Mempunyai
“sistem noise” yang relatif tinggi terutama pada sudut elevasi yang tinggi,
karena pancaran dari “side lobe” primary feednya menuju bumi yang “panas”.
•
Transmision line antara penerima dan antena
menjadi panjang, sehingga kehilangan yang diakibatkannya besar.
Kelebihan :
Bentuk sangat sederhana. Karena sifat
ini, tepat dipakai untuk stasiun bumi yang transportable dengan G/T yang kecil.
b. Cassegrain
antena
Untuk mengatasi
kekurangan-kekurangan dari paraboloid antena, dipakai sistem dengan dua
reflektor yang disebut cassegrain antena (menurut nama William Cassegrain, yang
pada tahun 1672 menggunakan konsep dua reflektor untuk teleskop). Ada dua
reflektor yaitu raflektor utama (main reflector) berbentuk parabola dan
reflektor kedua (sub reflektor) berbentuk hiperbola.
Kelebihan:
• Mempunyai
imbuhan derau dari “side lobe” yang relatif lebih kecil, karena pancaran dari
side primary feednya menuju angkasa yang dingin.
• Panjang
“bumbung gelombang” untuk feed lebih pendek.
• Flexible
dalam design “feed”-nya.
• “feed
system” secara mekanis lebih stabil sehingga pengarahan antena lebih tepat.
Kekurangan :
• Pemancar
terhalang oleh sub reflektor dan
bagian-bagian penyangganya.
•
Karena sub reflektor dimensinya kecil, “feed
system” harus lebih terarah.
c. Horn
reflektor
Pada dasarnya, antena ini adalah offset reflektor
parabola dengan “horn feed”.
Ujung berimpitan dengan titik api reflektor
parabola.
Keuntungan :
“side lobe”-nya relatif kecil sekali, jika
dibandingkan dengan reflektor parabola.
Kelemahan :
Konstruksinya berat dan kompleks,
tatpi dalam kemajuan teknologi akhir-akhir ini beberapa perusahaan
mengintrodusir konstruksi yang ringan, misalnya dibuat dari fiberglass.
d. Type
reflektor bentuk khusus
Untuk mengurangi blockage oleh
primary feed dan meninggikan efisiensi, dibuat feed yang di offset ke samping
tetapi bentuk reflektor disesuaikan tidak lagi betul-betul parabola, agar “
sinar” dari feed tetap terpantul dari reflektor secara paralel. Dengan cara ini
efisiensi dapat ditingkatkan sampai 65%.
e. Antena
yagi
Untuk sistem penerimaan sinyal APT
dari satelit cuaca digunakan antena Yagi karena menggunakan frekuensi VHF (136
– 137,5 MHz). Antena Helical juga sering dipakai.
f. Sistem
penjejakan (tracking)
Penjejakan adalah pengarahan antena
stasiun bumi agar selalu dapat mengikuti posisi dari suatu satelit. Khusus
untuk stasiun bumi, digunakan penjejakan pasif dimana pemancar beacon dari
satelit dipakai sebagai sumber penjejakan. Ada beberapa cara penjejakan yang
digunakan untuk stasiun bumi, diantaranya conical scanning dan sistem
monopulse.
g. Antena
helix
Antena helix dapat berbentuk uniform, tapered, variable
pitch, envelop, dan lain sebagainya. Adapun model helix ada yang digunakan
sebagai saluran transmisi (mode transmisi) dan ada yang berfungsi sebagai
antena (mode radiasi). Penggunaan helix sering dilakukan dengan cara disusun
dalam suatu array yang berfungsi untuk menaikkan gain antena.
h. Antena
Conical horn
Terbagi atas dua yaitu ractangular
horn dan circular horn. Circular horn terdiri dari exponentially tapered,
conical, TEM biconical, TE01 biconical.
i.
Antena microstrip ring
Dapat berbentuk square, disk,
rectangular, ellipse, pentagon, ring, equilateral triangle, dan semi disk.
Diplexer
Karena digunakan
hanya satu antena baik untuk pengiriman maupun penerimaan, diperlukan suatu
pengatur sehingga sinyal dari pemancar hanya pergi ke antena dan sinyal dari
pemancaar hanya pergi ke LNA. Untuk membedakan sinyal kirim dan terima,
dimanfaatkan perbedaan frekuensi (6 dan 4 GHz) dan polarisasi, sehingga
diplekser ini disebut juga OMT (Ortho Mode Transduser).
Rangkaian ini
biasanya terdiri dari gabungan rangkaian-rangkaian tapis dan hibrid yang
terdiri dari komponen-komponen bumbung gelombang.
Rangkaian
Pemancar
Sinyal yang masuk ke stasium bumi biasanya sudah berupa sinyal IF yang
sudah siap untuk dipancarkan. Jadi seluruh proses multiplexing, preemphasis,
modulasi dan lain-lain dianggap sudah dilaksanakan sebelumnya.
Terutama untuk stasiun-stasiun bumi kecil memang seluruh proses, mulai
dari sinyal baseband masukan sampai siap dipancarkan berlangsung dalam unit
yang kecil, tetapi prinsipnya sama, yaitu sinyal IF yang masuk mula-mula
dinaikkan frekuensinya ke frekuensi RF di upconverter (U/C).
Untuk pemancar-pemancar besar, tahap akhir biasanya dilengkapi dengan
rangkaian pengukur untuk pengamatan (monitoring) dan kontrol dari pemancarnya.
Pemilihan frekuensi pemancaran dilakukan pada tahap
terakhir penguatan.
Sistem
RFE dan VSAT
Rangkaian
pengiriman/penerimaan yang digunakan dalam suatu VSAT umumnya lebih kompak dan
biasa disebut RFE (Radio Frequency Equipment).
Untuk RFE yang
bekerja secara Full-Duplex di daerah C-Band dengan daerah frekuensi yang
bergerak dari 5,925 GHz sampai 6,425 GHz untuk arah stasiun bumi ke satelit dan
frekuensi 3,7 sampai 4,2 GHz untuk arah satelit ke stasiun bumi, peralatannya
dari salah satu tipe RFE terdiri dari beberapa bagian :
a. LNA
(low Noise Amplifier)
LNA dalam arah
penerimaan berfungsi untuk memperkuat sinyal yang sangat lemah yang diterima
dari satelit. Sinyal radio yang diterima dalam daerah frekuensi 5,925 – 6,425
GHz diperkuat di LNA dengan faktor penguat antara 40 sampai dengan 60 dB baru
diteruskan ke unit ODU.
b. Indoor
Unit (IDU)
IDU yang berfungsi untuk :
-
Mengubah frekuensi IF transmit 70 MHz yang
datang dari peralatan komunikasi VSAT, ke 185 MHz untuk diteruskan ke ODU.
-
Mengubah frekuensi IF penerima dengan frekuensi
1040 MHz dari ODU ke 70 MHz untuk diteruskan ke VSAT.
-
Membangkitkan frekuensi 10 MHz untuk referensi
ke synthesizer di ODU.
-
Membangkitkan tegangan DC untuk digunakan di IDU
dan ODU.
c. Outdoor
Unit
Penguat (Solid State Power Amplifier, SSPA) 10 W ODU
berfungsi untuk :
-
Mengubah frekuensi pemancaran dari 185 MHz ke
5925 MHz – 6425 MHz, untuk kemudian diperkuat menjadi 10 watt sebelum
dipancarkan ke arah satelit lewat antena parabola.
-
Mengubah frekuensi penerimaan dari 3700 MHz
sampai 4200 MHz menjadi Frekuensi IF 1040 MHz sebelum diteruskan ke unit IFM.
Prinsip yang sama juga berlaku untuk VSAT yang berbeda di daerah KU band.
d. Diplexer
Berfungsi untuk meneruskan sinyal transmit ke horn
dan sinyal receive hanya
ke LNA. Diplexer terdiri dari tapis
mode (mode-filter) yang berupa bandpass dan bandreject,yang beroperasi yang
berdasarkan perbedaan frekuensi dan polarisasi serta perta medan (mode) dalam
salurannya.
Fungsi
Dalam sistem
satelit, fungsi stasiun bumi dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu stasiun
bumi pengendali dan stasiun bumi pengirim-penerima.
a. Stasiun
bumi pengendali
Tipe stasiun bumi yang pertama
melakukan pengukuran parameter-parameter dari satelit dari jarak jauh yang
disebut telemetering. Tugasnya adalah mengikuti gerakan-gerakan satelit
(penjejakan = tracking) baik selama transisi, antara peluncuran sampai dengan
kedudukan lintasan yang telah ditentukan, maupun selama satelit bergerak pada
orbit yang ditentukan.
b. Stasiun
bumi komunikasi
Tipe stasiun bumi kedua adalah
stasiun-stasiun bumi yang bertindak sebagai stasiun pengirim dan/atau penerima
sinyal-sinyal gelombang radio, sesuai dengan misi sitem satelit tersebut.
c. Stasiun
bumi lainnya
Dalam sistem satelit observasi,
termasuk sistem cuaca dan sumber alam, terdapat sebuah atau lebih stasiun bumi
yang berfungsi untuk menangkap dan mengolah data-data yang dikirimkan oleh DPC
(Data Collection Platform) lewat satelit.
d. Closed
user group
Dalam daerah
pancaran sebuah satelit, ada kalanya dibangun suatu jaringan komunikasi yang
“tertutup”. Jaringan ini khusus hanya untuk berkomunikasi antar sesamanya
dengan menggunakan sebagian atau satu transponder dari satelitnya. Jadi,
jaringan ini seolah-olah membentuk suatu sub network.
sumber :
Lyta Suzanayanti, Fanda. Modul Pembelajaran Sistem Komunikasi Satelit Kelas XII. SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta. 2015
Pragulo, Sukhendro. Modul Pembelajaran Sistem Komunikasi Satelit. SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta. 2016
more information :
1. http://fanda-orange.blogspot.co.id/2016/01/satelit-ruang-angkasa.html
2. http://proditransmisi.blogspot.co.id/
3. http://sukkhendro54.blogspot.co.id/
sumber :
Lyta Suzanayanti, Fanda. Modul Pembelajaran Sistem Komunikasi Satelit Kelas XII. SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta. 2015
Pragulo, Sukhendro. Modul Pembelajaran Sistem Komunikasi Satelit. SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta. 2016
more information :
1. http://fanda-orange.blogspot.co.id/2016/01/satelit-ruang-angkasa.html
2. http://proditransmisi.blogspot.co.id/
3. http://sukkhendro54.blogspot.co.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar